Faktor-faktor
yang mempengaruhi
prestasi belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar ada tiga golongan, (Syaiful,1995)
a.
Faktor internal mahasiswa (faktor dari
dalam mahasiswa)
Yaitu keadaan jasmani (aspek fisiologis) dan keadaan rohani (aspek
psikologis)
1)
Faktor
fisiologi yang terdiri
atas faktor fisik maupun kondisi panca indera. Masa peka
merupakan masa mulai berfungsinya faktor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor
fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
a)
Keadaan tonus jasmani
Keadaan
tonus ( tegang ) jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses
belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b)
Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar. Anak yang memiliki kecacatan
fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai
akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya,
diantaranya:
(1) Sulit
bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya,
(2) Ada
perasaan takut diejek teman,
(3) Merasa
tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.
2)
Faktor
psikologi adalah
faktor yang berasal dari keadaan
psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah kecerdasan
mahasiswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a)
Kecerdasan/ intelegensi
mahasiswa.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya.
Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Para ahli membagi tingkatan IQ
menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan
tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut
(Fudyartanto 2002):
b)
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar mahasiswa. Motivasi yang
mendorong mahasiswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas
dan perilaku seseorang.
Keseluruhan daya penggerak psikis
dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai motivasi
belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan
motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang berasal dari
dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. frandsen (Syaiful,
1995), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain:
(1) Dorongan ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas
(2) Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
(3) Adanya
keinginan untuk mancapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
(4) Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri
dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah anak
memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang
tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri. Yang
tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
(1)
Balajar
demi memenuhi kewajiban.
(2)
Menghindari
hukuman.
(3)
Memperoleh
hadiah material yang telah dijanjikan.
(4)
Meningkatkan
gengsi dari orang lain.
(5)
Memperoleh
pujian dari orang lain.
(6)
Tuntutan
jabatan yang diinginkan.
c)
Minat
Secara sederhana minat merupakan
kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber
(Syaiful, 1995) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik perlu membangkitkan minat mahasiswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan disampaikan dengan cara sebagai berikut.
(1)
Membuat
menarik materi
Materi
bisa dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan
seluruh domain belajar mahasiswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga
mahasiswa menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat
mengajar.
(2)
Pemilihan
jurusan atau bidang kampus
Pemilihan
sebaiknya diserahkan pada mahasiswa, sesuai dengan minatnya.
d)
Sikap
Dalam proses belajar sikap dapat
mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Shaiful,1995).
e)
Bakat
Faktor psikologis lain yang
mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (dalam Catharina, 2004)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang mahasiswa
untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah
satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b.
Faktor Eksternal (faktor dari luar
mahasiswa)
Terdiri atas
dua macam yaitu
faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial.
1)
Lingkungan
sosial
Lingkungan
sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Linkungan sosial
dibagi manjadi tiga, yaitu:
a)
Lingkungan
sosial kampus.
Pendidikan
di kampus bukan sekedar bertujuan untuk melatih mahasiswa supaya “siap pakai”
untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau
mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia
sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan di kampus, di masyarakat, di dunia kerja dan di
lingkungan sekitar. Di kampus, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu
harapan dari pendidik yaitu Self Regulated Learner (SRL). SLR adalah
murid-murid yang memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka
membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan
terwujud jika lingkungan kampus seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di
kampus adalah:
(1) Metode mengajar
(2) Kurikulum
(3) Penerapan disiplin
(4) Hubungan mahasiswa dengan guru
maupun teman
(5) Tugas rumah yang terlalu banyak
(6) Sarana dan prasarana
b)
Lingkungan
sosial masyarakat.
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal mahasiswa juga mempengaruhi proses belajar
anak. Lingkungan mahasiswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman
sebaya di lingkungan yang tidak kampus dapat menjadi faktor yang menimbulkan
kesukaran belajar bagi mahasiswa. Misalnya mahasiswa tidak memiliki teman
belajar dan diskusi maka merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat
belajar yang lain.
c)
Lingkungan
keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang
dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:
(1) Pola asuh orang tua
(2) Hubungan orang tua dan anak
(3) Keadaan ekonomi keluarga
(4) Keharmonisan keluarga
(5) Kondisi rumah
d)
Teman sebaya
Teman
sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup
kampus maupun tempat tinggal atau masyarakat.
2)
Lingkungan
non-sosisal
Faktor
yang termasuk lingkungan non-sosial adalah
a) Lingkungan alamiah. Yang dimaksud
dengan lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
b) Instrumental. Instrumental dapat
digolongkan dua macam:
(1) Hardware
(2) Software
c) Faktor pendekatan
belajar (approach to learning)
0 komentar:
Posting Komentar