Sabtu, 18 Mei 2013

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


           Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor-faktor yang  mempengaruhi  prestasi belajar ada tiga golongan, (Syaiful,1995)
a.              Faktor internal mahasiswa (faktor dari dalam mahasiswa)
Yaitu keadaan jasmani (aspek  fisiologis) dan keadaan rohani (aspek psikologis)
1)        Faktor  fisiologi  yang  terdiri  atas  faktor  fisik maupun kondisi panca indera. Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya faktor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
a)                                     Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus ( tegang ) jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b)                                    Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar. Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya, diantaranya:
(1)     Sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya,
(2)     Ada perasaan takut diejek teman,
(3)     Merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain. 
2)        Faktor  psikologi adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah kecerdasan mahasiswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a)         Kecerdasan/ intelegensi mahasiswa.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Para ahli membagi tingkatan IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut (Fudyartanto 2002):
b)        Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar mahasiswa. Motivasi yang mendorong mahasiswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang.
Keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. frandsen (Syaiful, 1995), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain:
(1)     Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
(2)     Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
(3)     Adanya keinginan untuk mancapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
(4)     Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
(1)     Balajar demi memenuhi kewajiban.
(2)     Menghindari hukuman.
(3)     Memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan.
(4)     Meningkatkan gengsi dari orang lain.
(5)     Memperoleh pujian dari orang lain.
(6)     Tuntutan jabatan yang diinginkan.
c)         Minat
Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syaiful, 1995) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat mahasiswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara sebagai berikut.
(1)          Membuat menarik materi
Materi bisa dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan seluruh domain belajar mahasiswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga mahasiswa menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
(2)          Pemilihan jurusan atau bidang kampus
Pemilihan sebaiknya diserahkan pada mahasiswa, sesuai dengan minatnya.
d)        Sikap
Dalam proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shaiful,1995).
e)         Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (dalam Catharina, 2004) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang mahasiswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
b.             Faktor Eksternal (faktor dari luar mahasiswa)
Terdiri  atas  dua  macam  yaitu  faktor  lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1)        Lingkungan sosial
Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam  belajar. Linkungan sosial dibagi manjadi tiga, yaitu:
a)         Lingkungan sosial kampus.
Pendidikan di kampus bukan sekedar bertujuan untuk melatih mahasiswa supaya “siap pakai” untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di kampus, di masyarakat, di dunia kerja dan di lingkungan sekitar. Di kampus, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self Regulated Learner (SRL). SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan kampus seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di kampus adalah:
(1)     Metode mengajar
(2)     Kurikulum
(3)     Penerapan disiplin
(4)     Hubungan mahasiswa dengan guru maupun teman
(5)     Tugas rumah yang terlalu banyak
(6)     Sarana dan prasarana
b)        Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal mahasiswa juga mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan mahasiswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak kampus dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi mahasiswa. Misalnya mahasiswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.
c)         Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:
(1)     Pola asuh orang tua
(2)     Hubungan orang tua dan anak
(3)     Keadaan ekonomi keluarga
(4)     Keharmonisan keluarga
(5)     Kondisi rumah
d)        Teman sebaya
Teman sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup kampus maupun tempat tinggal atau masyarakat.
2)        Lingkungan non-sosisal
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah
a)    Lingkungan alamiah. Yang dimaksud dengan lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
b)   Instrumental. Instrumental dapat digolongkan dua macam:
(1)     Hardware
(2)     Software
c)    Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

0 komentar:

Posting Komentar